07 Oktober 2009

Manajemen Gerakan Pemuda

Manajemen Gerakan Pemuda


Setiap gerakan yang revolusioner dan mengguncang dunia tiada pernah terjadi tanpa ada peran dan campur tangan para pemuda di dalamnya. Setiap gerakan yang berhasil pasti memiliki kemauan yang kuat, harapan yang jauh ke depan, dan orientasi yang jelas serta terarah terutama di basis pemudanya.
Walaupun kadang-kadang gerakan pemuda kepentok masalah klasik yaitu masalah dana, namun hal itu biasa dan terjadi di mana-mana, di setiap waktu dan tempat. Gerakan pemuda boleh miskin materi, tetapi jiwanya kaya, sehingga pantang menyerah dan mengeluh. Mereka tidak mengorbankan iffah, kehormatan diri, hanya untuk meminta-minta, karena pemuda perintis dan pelopor pergerakan yang berhasil adalah mereka yang bermental baja. Setiap pergerakan disusun, dirancang, dan dilaksanakan dengan demikian baiknya, mengabaikan kendala-kendala yang ada. Sebenarnya apa yang seharusnya dibutuhkan dalam setiap gerakan pemuda?


1. Kekuatan Moral dan Spiritual
Mungkin saja landasan moral dan spiritual sebuah gerakan bisa salah atau bathil, tetapi pasti punya semangat. Apatah lagi kita yang mempunyai landasan moral dan spiritual yang benar, bersumber dari petunjuk Allah Ta’ala. Kekuatan moral dan spiritual yang benar akan menghasilkan azam dan iradah qawiyah. Bahkan, orang akan menjadi muda selamanya dan bergairah terus, jika bergerak atas landasan moral dan spiritual yang benar..

2. Kemampuan Intelektual.
Menurut penelitian, otak manusia yang terpakai hanya 5% dari volume otak yang sebenarnya. Apalagi otak orang Indonesia yang mungkin tidak mencapai batas maksimal itu. Bayangkan, jika kemampuan otak itu ditambah dengan kekuatan pendidikan (tarbiyah). Menurut catatan, anggota suatu gerakan pemuda 70%-nya adalah para sarjana mampu memaksimalkan potensi mereka yang terpendam.

3. Ideologi atau idealisme
Dengan idealisme inilah para pemuda mempunyai visi dan misi gerakan yang jelas dan memiliki pandangan jauh ke depan. Pemuda yang mempunyai idealisme selalu menjadi barisan pelopor dan perintis dalam kejelasan ideologi.

4. Institusional
Gerakan pemuda adalah gerakan bersama yang banyak orang tidak melakukannya. Kita memperoleh banyak dukungan dari proses kebersamaan ini, seperti saling menasehati dan saling mengingatkan. Itu hanya bisa dilakukan dengan berkumpul bersama, karena saling mengingatkan itu diperlukan dalam gerakan agar tidak tergelincir. Kritik dan peringatan itu perlu. Itu semua hanya bisa dilakukan dalam proses institusionalisasi. Ketika seseorang mendapat musibah dan menderita, maka orang tersebut tidak sendirian, tetapi bersama-sama dengan banyak orang, sehingga potensinya tidak terpuruk.

5. Material
Sebenarnya di alam ini telah banyak modal material yang telah tersedia, tetapi mungkin kita belum bisa mendayagunakannya. Namun, karena kezaliman dan ketidakproporsionalan sikap kita, sehingga tidak memiliki daya inovatif dan kreatif untuk memanfaatkannya.

Itulah sedikit modal yang harus dibutuhkan bagi gerakan pemuda yang revolusioner. Karena pemuda adalah pikiran yang bertindak. Sejarah dunia, juga Indonesia, adalah milik angkatan muda, pemilik gagasan-gagasan revolusioner penuh dengan harapan yang meningkat. Memaknai pemuda tidak bisa hanya dari terminologis. Secara epistemologis, dialah yang bertanggung jawab untuk melakukan penyadaran kepada rakyat. Secara ideologis, dialah tenaga-tenaga pengubah dunia.

Pemahaman tentang pemuda sebagai inti perubahan dan ujung tombak jiwa-jiwa revolusioner memang kita sepakati. Usia muda merupakan lahan subur untuk tumbuhnya gagasan-gagasan segar sekaligus radikal dalam melakukan perubahan yang revolusioner. Namun, kematangan dalam berpikir dan bertindak tidak hanya ditentukan oleh usia atau fisik yang muda. Tapi juga harus didasari dari keyakinan dan keteguhan sikap, serta pengalaman yang harus didapati sendiri oleh jiwa-jiwa muda tersebut. [Farizal AlBoncelli]

Bahan artikel Buletin BARIS 49 Edisi Oktober

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang mau berpendapat?