06 Oktober 2009

Kita, Generasi Kerdil… Emangnya Gue Pikirin

Kita, Generasi Kerdil… Emangnya Gue Pikirin


“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan.
Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya.
Dalam setiap fikroh, pemuda adalah pengibar panji-panjinya”
Hasan Al banna



“Zaman baru telah lahir, namun hanya melahirkan generasi kerdil.” Gitulah kira-kira Schiller, seorang penyair dari Jerman menggambarkan era generasi kita, yang katanya generasi millennium. Nggak usah jauh-jauh ngeliat generasi kerdil di Jerman yang dilukiskan si Schiller itu, kita liat sejarah bangsa kita saja makin lama makin bikin bingung, terperangkap kejumudan dan makin terperosok jauh ke dalam labirin ketidakpastian. 64 tahun merdeka, tapi kemerdekaan yang sebenar-benarnya merdeka masih jauh panggang dari api.


Sejarah cuma bisa dirubah oleh para pemuda, kira-kira begitulah orang bijak berkata. Adalah kemustahilan untuk bisa berubah jika sejarah dibiarkan di monopoli oleh kalangan tua. Revolusi cuma bisa digerakkan oleh kalangan muda. Tapi pemuda yang bagaimana?

Kalo sedikit kita kilas balik sejarah bangsa ini, sebuah perubahan tak lepas dari sosok yang dinamakan pemuda. Mulai dari pembentukan “Boedi Oetomo” pada 20 Mei 1908 yang sekarang biasa kita peringati sebagai hari kebangkitan nasional, kemudian disusul oleh kongres pemuda dan pendeklarasian ‘Sumpah Pemuda’ pada tanggal 28 Oktober 1928 sampai peristiwa 12 Mei 1998 yang membawa bangsa ini menuju era baru yang disebut sebagai era reformasi.

Mereka adalah sosok-sosok pemuda yang kuat, punya visi, intelektualitas, leadership, kemampuan organisasi sehingga mampu menggerakkan diri demi kecintaan terhadap bangsa dan negara ini, menggerakkan untuk suatu perubahan. Mereka bukanlah para pemuda yang mudah menyerah kemudian apatis, pragmatis atau oportunis, hingga bau amis karena dipaksa keadaan.

Hari ini kita merindukan sosok-sosok pemuda seperti itu. Sosok-sosok pemuda yang punya stamina moral dan spiritual yang kuat untuk bertarung mengahadapi kompetisi dunia, bukan sosok-sosok pemuda yang hanya bisa melamun, nongkrong-nongkrong di pinggir jalan sambil ngelinting ganja yang dibeli dari uang hasil malak ortu. Bukan sosok pemuda yang cuma bisa menggandeng sang pacar, sambil membayangkan hal-hal ‘romantis’ masa depan, padahal ia sendiri belum mampu nyari uang hanya untuk sekedar mengisi perutnya.

Masa lalu bangsa ini dan bangsa manapun telah menjadi bukti, hanya pemuda-lah yang bisa melakukan perubahan. Baik secara fisik, intelektual, mental, spiritual, karakter dan moral yang dipandang dari studi ilmiah apa pun, hanya pemuda-lah yang bisa mengeluarkan sebuah bangsa ini dari kejumudan dan keterpurukan. Makanya, benarlah Bung Karno berkata, “berikan aku sepuluh orang pemuda, akan aku ubah dunia!” Sanggupkah kita sebagai para pemuda untuk bangkit, atau hanya "malu maluin" sekedar menunggu giliran? Semuanya terserah kita. Atau kita hanya akan tetap menunduk malu, lemah dan pasrah. Kalau begitu nggak salah yang dibilang si Schiller di atas, “Zaman baru telah lahir, namun hanya melahirkan generasi kerdil.” Dan generasi kerdil ini tinggal bilang: "Emangnya gue pikirin!" [Farizal Alboncelli] - Bahan Buletiin BARIS SMA 49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang mau berpendapat?