09 April 2010

Mukhoyyam: Tadribatul Jihadiyah

Sedikit hikmah yang bisa kuambil dari pelajaran mukhoyyam awal april 2010 kemarin adalah bahwa kebutuhan kita terhadap tadribatul jihadiyah yang dapat membentuk kita menjadi insan yang bersungguh-sungguh dalam dakwah sangat-sangat penting.

Mukhoyam menjadi suatu kewajiban yang tingkatannya sama dengan kewajiban usar (liqo’), tatsqif, dauroh, tatsqif, mabit dan sarana tarbiyah lainnya. Tidak perduli tua atau muda, senior atau pun pemula. Dan mukhoyyam pun harus ditunaikan baik dalam kondisi lapang maupun sempit, dalam kondisi rizki melimpah ataupun seret. Sebab, mestinya setiap kader dakwah sudah jauh-jauh hari menyiapkan waktu dan maal untuk menyongsong event serius ini.


Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Alloh. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah [9] :41)

Inilah salah satu ayat yang  mengetarkanku untuk berangkat mengikuti mukhoyyam setelah sebelumnya ragu-ragu karena bisikan-bisikan syetan, entah karena baru selesai sakitlah, waktu yang sangat terbataslah, juga bisikan tentang kejadian menyeramkan yang akan saya hadapi di tempat mukhoyyam (Gunung Halimun).

Mukhoyyam kali ini kusebut sebagai arena tadribatul jihadiyah. Mengapa? Karena aku benar-benar bisa sedikit merasakan bagaimana ‘berat’-nya jihad. Tidak usah jauh-jauh ke jihad zamannya rasulullah ataupun para sahabat. Mari kita simak sejenak perjalanan jihadnya Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol hingga Jenderal Sudirman. Mereka harus menyusuri hutan, naik turun gunung, bergerilya bermodalkan bambu runcing dan senapan rampasan, berjihad mempertahankan tanah air ini. Atau perjuangan saudara-saudara kita di Palestina yang harus berhadapan Tank, Apache, dan Rudal. Jihad di Chechnya dengan diselimuti pegunungan-pegunungan dingin. Perang di Afghanistan dan belahan dunia lainnya

Dan kita yang sering kali meneriakkan kata-kata jihad, mati syahid, mujahid, mujahadah dan sekumpulan kalimat penyemangat lainnya menjadi lemah dan tidak ada apa-apanya setelah merasakan mukhoyyam kemarin. Rangkaian kegiatan mulai dari latihan baris-berbaris, pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan, bela diri tanpa senjata, outbound dan ditutup dengan longmarch panjang selama 12 jam mengitari gunung halimun membuatku merasakan ‘berat’nya kata JIHAD.

3 komentar:

  1. Anonim30.4.10

    semoga amalmu diterima oleh Allah SWT,amin

    BalasHapus
  2. meski telah membaca artikel anda ini, saya masih tetap ragu utk mengikuti mukhoyyam yang 4 hari sejak komentar saya ini dilontarkan, karena saya tau akan resiko yg saya terima, selain itu juga ats banyakx pertimbangan2 lain yg menciutkan perasaan saya utk tdk jadi ikut mukhoyyam, apkh ini bisikan syetan ataukah sebuah urgensitas agenda... entahlah... sy masih sangat ragu

    BalasHapus
  3. Kalo menurut ana..ketika kita sudah meyakin kan diri untuk masuk kedalam barisan ini,yakin saja atas yang sudah di tetapkan qiyadah,insya Allah tarbiyah ini salah satu sarana untuk kita yang mengaku bagian dari kader dakwah

    BalasHapus

Ada yang mau berpendapat?