Perlawanan, perjuangan, konfrontasi, atau apapun namanya tidak bisa dilakukan sendirian. Perjuangan itu harus dilakukan secara kolektif, terorganisir, saling mengisi dan saling melengkapi. Berjamaah, layaknya ribuan rintik-rintik hujan yang tertiup angin kencang hingga menghasilkan badai dan dapat menumbangkan pepohonan, menenggelamkan rumah dan menghanyutkan kendaraan. Berjamaah, layaknya himpunan lidi-lidi yang menyatu dalam ikatan kokoh sehingga dapat menyapu kotoran-kotoran pengganggu.
Andai saja tetesan air itu datang sendiri-sendiri tentulah tiada berharga dan tiada berpengaruh apa-apa. Andaikan lidi-lidi itu berserak di halaman rumah yang kotor tentulah hanya akan menambah kekotoran halaman tersebut. Itulah filosofi pergerakan.
Satu lagi, bahwa pergerakan untuk melakukan perlawanan, konfrontasi dan perjuangan melawan kebathilan yang telah mendarah daging tidak dapat dilakukan sehari dua hari. Ia harus digerakkan secara konsisten (istimroriyyah/sustainable). Setiap keletihan, luka, bahkan pengorbanan yang dilakukan tiada sia-sia.
Seperti perjuangan rakyat Mesir untuk menundukkan rezim diktator yang telah mengakar selama 30 tahun. Perjuangan mereka tidak dilakukan sehari dua hari. Tapi berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun sampai menuju momentum yang tepat hingga kemenangan tiba.
Jamaah yang solid adalah jamaah yang terorganisir, konsisten dan terikat dalam ikatan yang kokoh. Kuat dalam diri, kuat pula diluar. Hingga batu-batu pun hancur berantakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada yang mau berpendapat?