10 Februari 2011

Hujan...

Hujan memang membawa kesan tersendiri. Kehadirannya menjadi rasa tersendiri bagi tiap orang yang bisa jadi saling bertolak belakang. Sang petani bisa saja senang dengan kehadiran hujan, yang menjadi pencerah bagi padi-padinya untuk sekedar melepas haus. Si pekerja mungkin akan menggerutu dengan kehadirannya yang menandakan bahwa ia tidak akan cepat tiba di rumah karena sebagian jalan yang akan ia lalui tergenang karena jatuhnya ribuan rintik-rintik air yang sangat deras. 

Namun... Marilah kita sekedar merenung dan diam sejenak. Rasakan dalam-dalam ketika hujan datang. Pejamkan mata. Rasakan iramanya sambil mencium wangi tanah yang seharian di terpa matahari lalu kemudian diserang ribuan titik-titik air membasahi dan membersihkan. Mari tenggelamkan jiwa, pasang telinga pada hati dan berkelanalah dalam ruang sanubari. Dengarkan semua suaranya, cermati getaran dan warna-warni aromanya  Ada apa disana?

Memang pada dasarnya hujan itu hanya tetesan air, tetapi ia menjadi lain ketika tetesan air itu tidak hanya sendiri tetapi berjamaah pada satu tempat dan waktu yang sama. Frekwensi tetesan air juga menentukan apakah ia hanya hujan kecil atau gerimis, dan ada angin yang mengiringinya pun membuat hujan mejadi naik ke level yang lebih tinggi, bukan sekedar gerimis atau hujan deras tetapi menjadi hujan badai. 

Dari hujan kita dapat belajar keberjamaahan. Bahwa ketika tetesan air itu sendiri, maka tidak bisa disebut hujan dan tiada berartinya. Namun ketika tetesan air itu banyak, maka bukan hanya gerimis dan hujan lebat, badai pun bisa dibuat olehnya. Dari hujan, ia mengajarkan bahwa sebuah pergerakan yang memiliki kekuatan yang luar biasa dan memberikan hasil yang tak kalah luar biasa adalah kerja berjamaah, bukan infiradi. Kerja jamaah, telebih jamaah dakwah yang menghimpun semua potensi untuk kemudian dikeluarkan pada waktu yang bersamaan dan tempat yang sama sehingga mendapatkan hasil akan merubah wajah dunia. Seperti hujan, kerja bersama tetes-tetes air pada satu irama, waktu dan tempat yang sama membuat tak ada sejengkal bumi pun yang tidak basah, udara menjadi lebih bersih. Bahkan dengan angin, perubahan akibat hujan menjadi lebih nyata dan berbeda.

1 komentar:

  1. Anonim10.2.11

    betul sekali bang..bersatu kita teguh bercerai kita runtuh,selayaknya dalam berislam qt tak sendiri namun seperti layaknya sapu lidi yg kuat manakala mereka disatukan,Hujan adalah satu dari sekian nikmat Allah QS.An-Nahl:65.."Dan Allah telah menurunkan air hujan dari langit maka dengannya ia hidupkan bumi sesudah matinya,demikianklah itu tanda2 bagi yg mau mendengarkan"..*Fitri M.Islami

    BalasHapus

Ada yang mau berpendapat?