Kita yang terbangun dari tinta hitam pena para ulama. Kita yang terbentuk dari merah segar darah para syuhada. Kita yang belajar dari khalifah Umar yang membawa Islam ke ujung Andalusia, atau Ibnu Sina sang pelopor kecerdasan umat manusia, hingga Khawarizmi dan angka matematika-nya yang menginspirasi sepanjang masa.
Kita bukanlah kumpulan domba yang terkutuk yang siap menjadi mangsa para serigala. Kita juga bukan kumpulan busa di tengah laut yang mudah terombang-ambing dihempas sang ombak. Seharusnya, kita tak mudah diadu domba sehingga saling mengkafirkan satu dengan lainnya.
Kita, Ummat yang terbaik yang diturunkan untuk manusia. Membawa berkah dan rahmat bagi semua alam. Berjalan dengan anggun dan mempesona. Sekuat baja namun selembut melati. Tegas namun penuh cinta. CInta yang berasal dari Penguasa alam semesta. Kita telah bertransaksi, menjual diri kita dengan syurga-Nya. Kita tak'kan mati. Karena mati yang sesungguhnya adalah kehidupan kita.
Kita bukanlah kumpulan domba yang terkutuk yang siap menjadi mangsa para serigala. Kita juga bukan kumpulan busa di tengah laut yang mudah terombang-ambing dihempas sang ombak. Seharusnya, kita tak mudah diadu domba sehingga saling mengkafirkan satu dengan lainnya.
Kita, Ummat yang terbaik yang diturunkan untuk manusia. Membawa berkah dan rahmat bagi semua alam. Berjalan dengan anggun dan mempesona. Sekuat baja namun selembut melati. Tegas namun penuh cinta. CInta yang berasal dari Penguasa alam semesta. Kita telah bertransaksi, menjual diri kita dengan syurga-Nya. Kita tak'kan mati. Karena mati yang sesungguhnya adalah kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada yang mau berpendapat?