Pada umumnya setiap perlawanan terhadap suatu tiran akan menghadapi apa yang disebut perjuangan. Perlawanan yang berhasil mencapai tujuannya adalah membutuhkan perjuangan yang terus-menerus, atau biasa disebut sustainable/istimror. Di setiap perjuangan pasti membutuhkan para pejuang atau biasa disebut pahlawan. Mereka adalah orang-orang yang menjadi penggerak roda perjuangan. Mereka berjuang tanpa kenal lelah hingga perlawanan tersebut tiba pada tujuannya.
Namun, sudah menjadi keumuman bahwa kita mengenal para pahlawan di setiap perlawanan hanya beberapa gelintir saja. Contoh saja perlawanan kemerdekaan Indonesia. Tak banyak nama yang terabadikan lewat buku-buku sejarah. Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Kapitan Pattimura hingga perlawanan Jenderal Soedirman. Memang mereka telah banyak berjasa untuk memerdekaan negeri ini dari tirani dan penjajahan. Semoga amal dan perjuangan (saya lebih menyukai untuk menggunakan kata 'jihad') mereka menjadi tiket kilat ke syurga.
Namun di balik itu semua, perjuangan mereka tidak akan berhasil sampai negeri kita merdeka tanpa dukungan pasukan yang kuat. Pangeran Diponegoro tidak mungkin dapat kita kenang sebagai pahlawan Perang Diponegoro tanpa kontribusi para prajuritnya yang setia membantu dari mulai pengirim pesan, pembuat senjata hingga suplay logistik makanan. Begitu pula dengan Jenderal Besar Soedirman, beliau mungkin hanya jenderal biasa jika tidak ada jundi-jundi yang membantunya dalam Perang Gerilya melawan agresor Belanda.
Begitulah para pahlawan. Namanya menjadi besar karena ada 'pahlawan-pahlawan' kecil di sekelilingnya. Inilah salah satu kesuksesan dari konsep amal jamai'. Bahwa perlawanan selalu identik dengan amal yang terorganisir dari individu-individu hebat yang mengisi di setiap lini perjuangan. Ia tidak bisa diusung oleh seorang saja, karena itu hanya mendatangkan kekonyolan.
Seperti pada permainan sepak bola, bahwa kita membutuhkan kerjasama. Dari satu kaki ke kaki yang lain. Dari umpan silang ataupun terobosan, atau dari jebakan offside hingga sepakan pojok. Kadang perlu melakukan permainan keras, namun tidak jarang juga harus bermain indah dan sportif tentunya dengan strategi terbaik yang mampu dilakukan. Mengisi setiap pos sesuai kemampuan masing-masing sampai pada akhirnya menciptakan goal untuk memenangkan pertandingan.
Itulah jamaah para pahlawan. Kolektifitas mereka di atas potensi-potensi terbesar dari setiap individu yang ada. Potensi-potensi tersebut terus diasah, dikembangkan dan dimaksimalkan dengan baik sesuai kemampuannya masing-masing untuk satu tujuan. Layaknya Sholahuddin Al Ayubi menaklukkan tentara perang salib dengan dukungan ribuan pahlawan tak dikenal. Atau, 2 juta demonstran Mesir yang berjuang menghancurkan tirani. Sehingga puluhan juta lainnya ikut bersorak merayakan kemenangan, walaupun mereka tidak ikut berdemonstrasi, bahkan seluruh dunia pun ikut merayakannya. Dan hingga para akhirnya walaupun setiap kita akan dihisab nafsi-nafsi, tetapi melalui amal jamai'-lah amalan nafsi kita dapat berlipat ganda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada yang mau berpendapat?