12 Oktober 2016

OTT (Operasi Tangkap Tangan)


Presiden datang langsung ke lokasi OTT Kemenhub, dan ditemukan duit tidak jelas total 95 juta (rekening 1 M). Saya setengah melas dan setengah kagum melihat OTT ini. Setengah kagum, karena ini betul sekali, fakta yang sejak dulu jadi rahasia umum. Pak, Bu, cobalah datang ke kantor Samsat, kantor utk bikin SIM, jembatan timbang, perijinan dll, administrasi dll di seluruh Indonesia, jika polisi bikin OTT di semua tempat, bisa habis semua itu kantor2 kena pita kuning polisi. Pungli itu seolah telah mendarah daging di birokrasi. Segitu2 juga uangnya, tdk besar. Tapi 95 jt kalikan 1.000 kantor misalnya, itu sudah 95 M. Kalikan setahun, ampun deh duitnya. 

Tapi selain setengah kagum, saya juga setengah melas, ayolah, kapan penegak hukum mau betulan mau memberantas korupsi yang besar-besar. Katanya ada grand corruption.
Tentu saja saya sangat sepakat, yang kecil-kecil memang harus dihabisi, dimusnahkan, tidak ada tempat bagi koruptor. Tapi kalau level Presiden datang ke lokasi OTT hanya segini, berarti ini sudah level paling mentok? Kan nggak? ‘Korupsi’ yang dilakukan perusahaan raksasa, menyuap birokrat, menyuap pembuat peraturan, lebih serius dan massif.

Jutaan lahan kebun sawit, ribuan ijin tambang, urusan developer, ijin pengembang, dsbgnya, dsbgnya, wah, itu dari hulu, mulai dari urusan ijin, hingga hilirnya, penuh dengan potensi korupsi. Juga proyek2 mega raksasa seperti bendungan, infrastruktur, dll. Kapan pemerintah akan menghabisi mereka2 ini? Karena mereka2 ini lihai sekali, mereka malah bisa “menyamar” jadi penyandang dana bagi politisi. Mereka bisa bernegosiasi, punya kekuatan, daya tawar. Bahkan mereka bisa tampil seperti pahlawan, tapi dibalik itu, penuh persekongkolan merugikan rakyat banyak. Ini kan maksudnya Grand Corruption itu? Atau jangan2 maksudnya adalah OTT 95 juta ini?

Saya tidak akan pernah putus pengharapan, kita bisa membersihkan koruptor di negeri ini. Tidak hari ini, besok lusa, generasi berikut yang akan melakukannya. Generasi yang kita didik menjadi anak muda yang jujur sejak dini. Anak-anak kita.

Suatu saat, kita akan menyaksikan penegak hukum bisa menyeret ‘grand corruption’ ini. Dengan segenap keberanian, keteguhan hati. Tidak mudah memang membongkar kecurangan besar di baliknya, tapi hukum, sejatinya adalah kebenaran. Anak-anak kita yang akan melakukannya.

Terlepas dari setengah melas ini, sebagai penutup, semoga OTT hari ini mengirim pesan bagi siapapun. Berhentilah pungli, kalian tidak akan punya tempat lagi melakukannya. Berhenti! Sebelum kalian kena batunya. Duh, masa’ kita mau ngasih nafkah keluarga dari uang pungli? Hidup ini sebentar sekali. Yang dimakan jadi kotoran, yang dipakai bakal rusak, dan semua kemewahan, 100% pasti ditinggalkan.
Btw, siapapun yang menemukan pungli, harap lapor. Lawan! Jangan dibiarkan begitu saja. Gunakan website2 resmi tempat lapor (seperti Lapor.go.id)--sekarang mah gampang kalau mau melapor.

*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang mau berpendapat?