Palestina MENANG
Indonesia Terkekang!
Indonesia Terkekang!
"Kelompok perlawanan yang berada di Jalur Gaza dengan dukungan seluruh penduduk, kini telah memenangkan perang yang ditabuh oleh agresor Israel. Gencatan senjata sepihak dan penarikan mundur miiter Israel dari Jalur Gaza sebagai bukti kegagalan, karena setelah tiga minggu agresi itu mereka lancarkan, namun target untuk membungkam perlawanan tidak bisa tercapai." begitulah kira-kira pernyataan Ketua Biro Politik Hamas, Khalid MIsy'al yang dilansir situs eramuslim.com.
Saya nggak akan membahas atau mengungkapkan terlalu panjang lebar tentang kemenangan HAMAS dan rakyat Palestina atas zionisme Israel. Ya..! Kemenangan! K-E-M-E-N-A-N-G-A-N! Saya percaya dan yakin mereka akan memenangkan perang ini. ALLAH bersama orang-orang yang sabar dan berperang membela Agama-Nya. Kalo mau lihat bahasan tentang kemenangan tersebut, buka aja www.infopalestina.com atau eramuslim.com. Banyak tulisan, berita dan analisa yang melaporkan kemenangan tersebut.
Namun yang pengen saya bahas disini sedikit tentang kita. Kita dalam artian kita sebagai pemuda Islam, wabil khusus yang ada di Indonesia. Pengennya sih disambung-sambungin aja sama judul di atas, tapi cuman agak maksa ya? Hehe.. kalo judul-nya ghazwul Fikri kan rada-rada bingung. Apaan tuh? Frainchaise-nya bimbel Nurul Fikri ya?
Tapi sebelum pembahasan lebih lanjut, sedikit pengen berkisah nih... eng... ing.. eng.. suatu ketika di Perang Salib, seorang petinggi kaum Palangis (pasukan kristen) tertangkap dan ditawan oleh pejuangIslam. Sang petinggi palangis ini diperlakukan sangat baik selama ditawan. Namun, ada satu hal yang membuatnya berfikir. Setiap malam ia memperhatikan sang penjaga berlinangan air mata saat membaca kitab sucinya. Ia tak habis fikir bagaimana seorang yang begitu perkasa di siang hari di medan tempur dapat menangis sedemikian rupa di malam hari ketika membaca Al Qur’an. Akhirnya ia sampai kepada suatu kesimpulan bahwa disitulah letak kekuatan kaum Muslimin. Selama beberapa pertempuran fisik mereka tidak berhasil mengalahkan kaum muslimin, ternyata ada suatu sumber kekuatan yang maha dahsyat yang memberikan motivasi yang begitu kuat bagi kaum Muslimin. Ia lalu mengirim surat kepada pasukannya yang mengabarkan bahwa jika ingin mengalahkan kaum Muslimin tidak dapat secara fisik tetapi mereka harus dijauhkan terlebih dahulu dari kitab sucinya. Dan memang kemenangan mereka setelah umat Islam mulai jauh dari Al Qur’an.
Hmm... menarik? kalo iya.. lanjut dech.. tapi kalo nggak... hmm.. lanjut juga dech.. (sorry sedikit maksa). Mengutip salah satu surat cinta-Nya "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Al Baqarah: 120)
Kalo diawal tulisan ini saya memaparkan tentang kemenangan rakyat Palestina atas orang-orang Yahudi Israel. Tapi sepertinya kita mengalami kekalahan.(balik ke pengertian awal untuk kata 'kita' di tulisan ini yaitu yang ngaku orang Islam, khususnya di Indonesia). Kita sepertinya terkekang, tak berdaya, diperbudak, kalah dan segambreng kata-kata lain yang mewakilinya. Kalah? Dari apa? kapan perangnya?
Emang secara fisik kita nggak perang. Kita nggak di invasi oleh orang-orang Israel kayak yang dialami sama sodara-sodara kita di Palestina. Tapi secara tidak sadar sebenarnya kita sedang di serang sama mereka. Penyerangan dengan berbagai macam cara terhadap pemikiran kita untuk mengubah apa yang ada di dalamnya sehingga nggak bisa lagi mengeluarkan sesuatu yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang nggak Islami. Dan parahnya lagi, kita masih nggak sadar-sadar juga bahwa kita ini sedang di serang dan saat ini sedang terkekang. Itulah yang disebut Ghozwul Fikri!
"Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang Telah kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. (Al Isra: 73)
Al Qur'an sendiri udah mewanti-wanti ke kita, tapi kita-nya emang udah dablek banget hingga mau aja di serang sama mereka. Apa buktinya?
Pertama, kita dibuat ragu-ragu terhadap Islam yang kita percayai. Mereka berupaya melakukan gerakan yang menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan. Dibuat doktrin-doktrin bahwa semua agama sama, semua agama bakalan masuk syurga, dll. Kita dibuat ragu-ragu dengan agama yang kita anut, hingga banyak diantara kita malah pindah ke agama atau kepercayaan lain. Naudzubillah!
Kedua, mereka mencoba menyerang kita lewat isu-isu yang bikin jelek agama kita. Dibilang teroris lah, kolot lah, nggak gaul lah, dsb. Intinya mereka berusaha menghilangkan kebanggaan kita terhadap Islam, hingga kita bakalan malu kalo jalan-jalan bawa Al Qur'an atau bergaul dengan membawa identitas kita sebagai seorang muslim.
Kemudian yang ketiga, mereka juga menyerang kita dengan cara penyesatan terhadap akidah Islam yang kita yakini kebenarannya. Dimunculkannya aliran-aliran sesat, dari yang halus sampai yang terang-terangan mengaku nabi. Dimunculkan pemikiran-pemikiran Islam modern yang liberal, dari yang bilang sholat itu nggak wajib sampe imam/khatib jumatan boleh seorang wanita. Dan gokilnya, ada aja yang percaya dan menjadi pengikut-pengikut mereka.
Selanjutnya, mereka juga menyerang lewat westernisasi. Semua budaya barat dikonsumsi oleh kita. Kita terus dicekoki oleh tradisi-tradisi mereka. Kalo nggak ikut barat sepertinya kita tertinggal, kuno, kolot, dsb. Budaya Islam dieliminasi dari kehidupan kita. Mulai dari cara makan, tidur, mendidik anak, sampai pergaulan free sex kita praktekan. Budaya-budaya hedonis sudah menjadi bagian dari hidup kita. Kita jadi kehilangan identitas.
Kelima, kita juga diserang dengan pham sekularisme. Islam hanya boleh dipraktekan di masjid saja, atau di pengajian-pengajian majelis taklim saja. Diluar itu, identitas Islam nggak usah dibawa-bawa. Kita diarahkan untuk memisahkan antara Islam dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mereka juga menyebarkan faham-faham nasionalisme sempit. Kita menjadi terkotak-kotakan. Contohnya saja masalah Palestina. Negara-negara Islam lebih sibuk ngurus dirinya sendiri daripada bantuin palestina. Apalagi pernah terlontar dari beberapa rekan kita, "Ngapain siy ngurusin palestina, orang di indonesia aja belum beres, masih banyak bencana alam, pengangguran, orang miskin, kriminalitas, dsb". Itulah salah satu cara mereka untuk mencerai beraikan kita sebagai umat Islam.
Hasilnya...? kita jadi minder, bertindak dan berbuat nggak lagi sesuai al Qur'an dan sunnah, kita juga jadi ikut-ikutan mereka, mulai dari food, fashion, film hingga fun. Selain itu kita juga jadi terpecah belah. Persatuan kita sebagai ummat Islam sangat rapuh. Kita jadi gampang diombang-ambing, gampang di kendalikan dan nggak punya harga diri, kalah, terbodohi, dan terkekang. Pertanyaannya sekarang, apa masih mau kita seperti ini terus?
Referensi
Materi mentoring tahun 94/95
Daud Rasyid, M.A, Al-Ghazwu Al-Fikri dalam sorotan Islam.
Prof. Abdul Rahman H. Habanakah, Metode merusak akhlak dari Barat.
Abu Ridho, Pengantar memahami Al-Ghazwu Al- Fikri
Prof. DR. Abdulkarim Yunus Al-Khatib,dkk. Membendung Sikap Anti Islam.
DR.Darouza, Mengungkap tentang Yahudi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada yang mau berpendapat?