PEDULI…
Kepedulian emang dibutuhkan setiap kita ketika berinteraksi dengan orang lain. Sederhana aja, ketika bergaul di lingkungan rumah misalnya, kita harus peduli terhadap lingkungan, ya kerbersihannya, ya masyarakatnya, ya semuanya dech. Karena kita, manusia, nggak bisa hidup sendirian, meski ia orang kaya raya sekalipun pasti membutuhkan orang miskin. Yah… paling nggak untuk membuat ia mempunyai predikat kaya, iya khan? Bayangin aja kalo semua orang di dunia ini nggak ada orang miskin, pasti nggak ada yang namanya orang kaya
Contoh lain lagi bisa kita lihat lima tahun belakangan ini aja di Indonesia, kepedulian mulai menjadi secercah harapan untuk membangun kebersamaan. Dimulai dari bencana tsunami di Aceh, terus gempa di sepanjang Sumatera, belum lagi gempa di Jogja, tsunami di Pangandaran, lanjut ke banjir langganan di Jakarta, lumpur Lapindo, ada gunung meletus di beberapa daerah di pulau jawa dan pulau-pulau lain, tak lupa juga banjir di sebagian besar wilayah di Indonesia. Seakan nggak abis-abisnya bantuan berdatangan, baik berupa makanan, obat-obatan, uang, pakaian, dsb. Ada yang dengan sangat ikhlasnya memberikan bantuan, tapi nggak sedikit pula yang cuma pengen di ekspose media massa. Terlepas dari itu semua, rasa peduli masih ada di jiwa-jiwa kita.
Tapi ada juga lho yang emang masa bodo amat sama kejadian-kejadian tersebut. Temen deket yang lagi sakit di sebelah rumahnya aja dia nggak peduli, apalagi ngurusin masalah-masalah bencana. Emang ada ya orang kayak gini? Ada siy… tapi langka lho… Nah ini nich yang disebut orang nggak peduli, egois, nggak peka, nggak punya rasa solidaritas… yach pokoknya nggak banget dech… Hehehe… sorry fren, gw gak bermaksud nyindir salah satu dari kalian louch, tapi kalo emang tersinggung, aduh! buru-buru dech instrospeksi diri.
Mmhh… tapi kadang kepedulian itu bisa jadi hal yang tidak disukai lhow! maksudnya? Iya, kadang ada orang yang terlalu peduli sama urusan orang-orang di sekitarnya, sampe-sampe dia terlalu memikirkan urusan temen-temennya daripada urusan dia sendiri. Contoh aja, saking pedulinya dia bela-belain ngerjain tugas makalah temennya sedangkan tugas dia sendiri belum dikerjain. Wuuiihhh baek banget tuch orang, gw juga mau jadi temennya. Tapi masa siy ada orang yang segitunya? Ya ada lah… tapi dalam konteks dan urusan yang berbeda. Maksudnya bukan dalam hal ngerjain tugas atau PR, tapi dalam masalah hal-hal yang emang dia itu nggak seharusnya peduli. Misalnya dia terlalu 'peduli' dalam hal cara berpakaian orang lain, pake baju merah dibilang ngejreng, pake kuning dibilang pendukung satu partai tertentu, pake ungu dibilang warna janda, gimana orang lain nggak kesel coba? Dia terlalu 'peduli' sama pakaian yang dipake orang lain, tapi sama penampilan dirinya sendiri nggak terlalu diperhatikan.
Nah… ini dia yang kadang sering kita lupakan dan tanpa sadar sering melakukannya. Kita sering kali kritis terhadap tindakan-tindakan orang lain, tapi kita nggak lihat apa yang udah kita perbuat (kalo nggak mau disebut kaburo maktan). Tanpa sadar (atau mungkin secara sadar juga) kita selalu mengomentari hal-hal yang diperbuat oleh orang lain, entah itu perbuatan baik atau buruk. Kita sering berkata "eh... koq si Anu gini yach?" atau "Ih… liat dech dia makan bakso di warung Inu, nggak banget dech"
Hayo ngaku bener khan? Emang siy, kita harus care sama temen, tapi nggak sampe segitu juga kali, ada batas-batas dimana privacy orang lain harus dijunjung tinggi. Biarin aja dia begitu, asal masih tetep di jalan yang emang bener. Nah kalo emang udah melenceng dari rel-rel syariat, baru dech kita tegur dia (tegur louch bukan malah diomongin di belakangnya).
Etika negur pun dengan cara yang baik, bukannya malah marah-marah nggak karuan, terus ngedamparat abis-abisan sambil maki-maki. Alih-alih mau ngajak dia ke arah yang baik, eh malah berantem sambil nyebutin semua penghuni kebun binatang terus abis itu select nggak ngomong berbulan-bulan. Ini mah bukan ngingetin namanya atuh… Allah berfirman.
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(Al Ashr:1-3)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An Nahl: 125)
Nah… dah jelas 'kan gimana sebenernya cara kita untuk ngajak temen ke jalan yang bener? Kita nggak perlu lagi dah komentar-komentar nggak jelas, terus ngomongin di belakangnya (emang mau, kaya' Sumanto?), abis itu nggak ada tindakan nyata, apalagi kalo yang diomongin nggak balance sama apa yang temen kita lakuin (bisa lebih kejam dari bunuh orang tuch). Hiy… tega banget ya… apa nggak kasihan tuch? Tapi yang lebih kasihan lagi siy sebenernya yang ngomongin itu. Dah nggak ada gunanya, pahalanya ditranfer ke orang yang diomongin, dapet dosa pula… ayo siapa yang masih kayak gitu? Nggak banget dech!!!
Contoh lain lagi bisa kita lihat lima tahun belakangan ini aja di Indonesia, kepedulian mulai menjadi secercah harapan untuk membangun kebersamaan. Dimulai dari bencana tsunami di Aceh, terus gempa di sepanjang Sumatera, belum lagi gempa di Jogja, tsunami di Pangandaran, lanjut ke banjir langganan di Jakarta, lumpur Lapindo, ada gunung meletus di beberapa daerah di pulau jawa dan pulau-pulau lain, tak lupa juga banjir di sebagian besar wilayah di Indonesia. Seakan nggak abis-abisnya bantuan berdatangan, baik berupa makanan, obat-obatan, uang, pakaian, dsb. Ada yang dengan sangat ikhlasnya memberikan bantuan, tapi nggak sedikit pula yang cuma pengen di ekspose media massa. Terlepas dari itu semua, rasa peduli masih ada di jiwa-jiwa kita.
Tapi ada juga lho yang emang masa bodo amat sama kejadian-kejadian tersebut. Temen deket yang lagi sakit di sebelah rumahnya aja dia nggak peduli, apalagi ngurusin masalah-masalah bencana. Emang ada ya orang kayak gini? Ada siy… tapi langka lho… Nah ini nich yang disebut orang nggak peduli, egois, nggak peka, nggak punya rasa solidaritas… yach pokoknya nggak banget dech… Hehehe… sorry fren, gw gak bermaksud nyindir salah satu dari kalian louch, tapi kalo emang tersinggung, aduh! buru-buru dech instrospeksi diri.
Mmhh… tapi kadang kepedulian itu bisa jadi hal yang tidak disukai lhow! maksudnya? Iya, kadang ada orang yang terlalu peduli sama urusan orang-orang di sekitarnya, sampe-sampe dia terlalu memikirkan urusan temen-temennya daripada urusan dia sendiri. Contoh aja, saking pedulinya dia bela-belain ngerjain tugas makalah temennya sedangkan tugas dia sendiri belum dikerjain. Wuuiihhh baek banget tuch orang, gw juga mau jadi temennya. Tapi masa siy ada orang yang segitunya? Ya ada lah… tapi dalam konteks dan urusan yang berbeda. Maksudnya bukan dalam hal ngerjain tugas atau PR, tapi dalam masalah hal-hal yang emang dia itu nggak seharusnya peduli. Misalnya dia terlalu 'peduli' dalam hal cara berpakaian orang lain, pake baju merah dibilang ngejreng, pake kuning dibilang pendukung satu partai tertentu, pake ungu dibilang warna janda, gimana orang lain nggak kesel coba? Dia terlalu 'peduli' sama pakaian yang dipake orang lain, tapi sama penampilan dirinya sendiri nggak terlalu diperhatikan.
Nah… ini dia yang kadang sering kita lupakan dan tanpa sadar sering melakukannya. Kita sering kali kritis terhadap tindakan-tindakan orang lain, tapi kita nggak lihat apa yang udah kita perbuat (kalo nggak mau disebut kaburo maktan). Tanpa sadar (atau mungkin secara sadar juga) kita selalu mengomentari hal-hal yang diperbuat oleh orang lain, entah itu perbuatan baik atau buruk. Kita sering berkata "eh... koq si Anu gini yach?" atau "Ih… liat dech dia makan bakso di warung Inu, nggak banget dech"
Hayo ngaku bener khan? Emang siy, kita harus care sama temen, tapi nggak sampe segitu juga kali, ada batas-batas dimana privacy orang lain harus dijunjung tinggi. Biarin aja dia begitu, asal masih tetep di jalan yang emang bener. Nah kalo emang udah melenceng dari rel-rel syariat, baru dech kita tegur dia (tegur louch bukan malah diomongin di belakangnya).
Etika negur pun dengan cara yang baik, bukannya malah marah-marah nggak karuan, terus ngedamparat abis-abisan sambil maki-maki. Alih-alih mau ngajak dia ke arah yang baik, eh malah berantem sambil nyebutin semua penghuni kebun binatang terus abis itu select nggak ngomong berbulan-bulan. Ini mah bukan ngingetin namanya atuh… Allah berfirman.
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(Al Ashr:1-3)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An Nahl: 125)
Nah… dah jelas 'kan gimana sebenernya cara kita untuk ngajak temen ke jalan yang bener? Kita nggak perlu lagi dah komentar-komentar nggak jelas, terus ngomongin di belakangnya (emang mau, kaya' Sumanto?), abis itu nggak ada tindakan nyata, apalagi kalo yang diomongin nggak balance sama apa yang temen kita lakuin (bisa lebih kejam dari bunuh orang tuch). Hiy… tega banget ya… apa nggak kasihan tuch? Tapi yang lebih kasihan lagi siy sebenernya yang ngomongin itu. Dah nggak ada gunanya, pahalanya ditranfer ke orang yang diomongin, dapet dosa pula… ayo siapa yang masih kayak gitu? Nggak banget dech!!!
hihihi.. kayanya settingan tempatnya dah familiar banget tuh
BalasHapus