18 Mei 2010

Jejak Pertama, Meniti Jalan Ekonom Rabbani

Kita telah sering sekali merasainya. Ketika kekuatan ruhiyah dan penjagaan aktivitas ruhiyah yang mengantarkan kita kepada kelapangan jiwa. Hanya saja kita, terlebih saya, di tengah-tengah kesibukan yang bertumpuk terlena dan terlalai. Malah biasanya, kesibukan itulah yang menjadi permakluman untuk sedikit mengendurkan aktivitas ruhiyah. Inilah yang sering terkata, little things mean a lot. Hal kecil yang berdampak besar.

Inilah yang sekali lagi diingatkan oleh Ust. Ali Sakti kepada kami, ketika bersilaturahim beberapa waktu yang lalu. Inilah yang beliau tekankan; ruhiyah. Lebih baik kita tidak perlu banyak program, kalau pada akhirnya program dan aktivitas ruhiyah menjadi dikorbankan. Tidak akan berkah jika kita susah payah berkampanye dan bersyiar, sementara ruhiyah tergadaikan. Seolah kita begitu angkuh menjalani hidup ini saat Allah tidak lagi menaunginya. Bukankah dalam dakwah ini, Allah yang menjadi tujuan kita dan Rasulullah teladan kita? Lalu mengapa kita sampai tega-teganya meninggalkan Allah dan keteladanan Rasulullah dalam menjalani dakwah ini?

Allah dekat membersamai, saat kita mendekatinya, yaitu dengan dakwah yang bertolak dan beriring ruhiyah yang kokoh dan terjaga. Juga tidak sedikitpun mengambil celah untuk melewatkan keteladanan Rasulullah. Selayaknya kita malu, Rasulullah saja yang sudah mendapat jaminan Allah, masih berusaha menjaga ruhiyahnya sepanjang hidup. Semoga kita dapat senantiasa meneladaninya, juga dalam dakwahnya.

Untuk saudaraku sekalian di jalan perjuangan, terkhusus di FoSSEI. Juga terutama untukku yang begitu sering terlalai. Allah telah begitu banyak memberikan kita kenikmatan, kemudahan, dan bayangan kemenangan dalam perjuangan kita. Terkadang kita tak perlu lama-lama menanti kemenangan, Allah telah mendekatkannya dalam hati kita. Terkadang kita tak perlu banyak bersusah-susah, Allah telah memudahkannya dalam perjalanan kita. Untuk menyemangati, untuk bersyukur, dan bisa jadi untuk menguji. Mudah-mudahan itu semua tidak menjadikan kita terlena dan terlalai dalam euforia.

Ingatan kita sejenak mengeja fragmen sejarah sepulang Badar, setelah kemenangan, Rasulullah mengingatkan seluruh pejuang untuk mengobarkan semangat untuk berperang (Q.S. 8:6). Iya, kita diingatkan bahwa setelah kemenangan telah menanti perang yang lebih besar lagi. Maka jangan sampai bayangan kemenangan di awal ini membuat kita mengendur.

Mari kita kembali kobarkan semangat itu dengan ruhiyah yang mantap. Mari kita terus latih kepekaan kita kepada Allah, yang terejawantah dalam ketaqwaan dan kebersegeraan kita memenuhi panggilan dan memohon ampunanNya (Q.S. 3:133). Ruhiyah yang mantap dan terjaga itu merupakan muara dari ketaqwaan dan kebersegeraan menyambutNya. Sementara kita ingat, bahwa ketaqwaan dan kebersegeraan itu bermula dari kepekaan kita kepada Allah. Saat seluruh aktivitas dan niat kita tiada yang terlewat dari pandangan Allah (Q.S. 4:2) dengan perhitungan yang sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang kita kerjakan (Q.S. 99:7-8). Semoga kepekaan inilah, kepekaan kepada Alah yang menjadi tujuan kita, kepekaan pada apa-apa yang Allah ridha dan tidak ridha, juga kepekaan terhadap apa-apa yang lebih mulai dalam pandangan Allah, yang akan menjadi penggerak dan menjaga aktivitas dan kekuatan ruhiyah kita. Jika sesekali kita merasa berat sendiri, maka dapat kita ciptakan kepekaan jama’i, dengan saling menasihati dalam iman. Sesungguhnya, dalam nasihat kita sedang menjaga diri kita sendiri dan saudara kita.

Saudaraku sekalian, akhirnya menjadi keniscayaan sebelum kemenangan, kekuatan ruhiyah dan terjaganya aktivitas ruhiyah, baik dalam suasana pribadi maupun jama’i. Itulah yang senantiasa kita yakini. Guru peradaban itu terlahir dari diri yang kokoh dan terjaga dalam ruhiyah lalu mengejawantah dalam amal-amal shalihah, yang segera membenahi saat sesekali terlalai. Maka, yang pertama kita jaga dan koreksi adalah ruhiyah kita, sebelum yang lainnya. Yuk, kita tingkatkan kekuatan ruhiyah kita bersama-sama, kita jaga aktivitas ruhiyah kita, mulai dari yang wajib sampai yang sunnah, dalam keadaan bagaimanapun, dan kita berdo’a kepada Allah agar tetap isstiqamah di jalan dakwah. Jazakumullah khairan katsiran, kepada Ust. Ali Sakti atas pencerahannya dan semangatnya, juga kepada saudara yang membersamai. []


Minomartani, 16 Mei 2010, 21:35
Merencanakan jejak-jejak berikutnya, Meniti jalan Ekonom Rabbani

ADITYA RANGGA YOGATAMA
Presidium Nasional FoSSEI
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada yang mau berpendapat?