02 Oktober 2010

Untukmu Anandaku…


Tidurlah tidur, anakku sayang
Tidurlah tidur dalam pelukkan
Aku doakan kelak kau besar
Jadi pejuang pembela Islam*)

Assalamualaikum… Salam sayang anandaku …
Apa kabar engkau di dalam rahim bundamu sekarang? Kedinginankah? Tentu saja tidak. Ayah yakin rahim bundamu telah Allah buat kokoh untuk menyelimutimu dari dingin yang menusuk tulang.

Kegelapankah? Ayah rasa tidak, Karena bundamu senantiasa melantunkan ayat-ayat suci dari Sang Pengenggam jiwa di setiap selesai sholatnya, hingga cahaya-Nya mampu menembus masuk ke tempat istirahatmu, bagaikan mentari menerangimu dari gelap.

Kelaparankan? Semoga tidak. Ayah percaya, bundamu tentu memberikan gizi yang cukup untukmu. Halal lagi baik, yang telah dianugerahkan Sang Pemberi rizki untuk kita. Tidak hanya menunggu, Ayah dan bunda pun berusaha menjemput rizki-Nya untukmu sayang, untuk kita semua. Dan hanya yang halal lagi baik yang boleh melewati kerongkongan kita.

Anandaku sayang… ada hal yang menarik yang ayah dan bundamu alami ketika usiamu menginjak 1 bulan di dalam rahim beberapa waktu yang lalu. Biasanya ketika seorang wanita mulai awal-awal mengandung, maka ia akan mual dan muntah serta kondisi tubuhnya tidak stabil. Tapi hal ini tidak terjadi pada bundamu, Nak. Beliau terlihat segar bugar dan tidak terjadi apa pun. Akan tetapi, kondisi tersebut malah terjadi pada ayahmu ini, sayang. Ya, ayahmu ini yang mual, muntah dan hingga sempat dirawat masuk rumah sakit. ‘Itulah chermistry-nya’ bundamu mencandainya. Ahh.. entahlah ada kaitannya atau tidak, hanya Allah yang tahu.   

Tegarlah bagai batu karang, hidup ini adalah perjuangan
Bersabar hadapi tantangan, ridha Allah-lah tujuan…*)


Anandaku sayang…
Apa kabar engkau di dalam rahim bundamu sekarang? Semoga senantiasa ceria, ‘bercanda’ dengan malaikat-malaikat yang telah Allah kirim untuk menemanimu dari kesepian serta menjagamu dari gangguan syetan yang bisa membuatmu menangis dan bersedih.

Anandaku sayang… Di usiamu yang menginjak 2 bulan di dalam rahim bunda kemarin, maafkan Ayahmu ini yang lebih mementingkan pekerjaan sehingga tidak sempat menemani kalian pergi ke bidan untuk memeriksa kesehatanmu dan kesehatan bundamu. Namun jangan bersedih, Nak. Ayah sempatkan untuk menelpon bundamu. Syukur Alhamdulillah, kata bundamu, bidan menyatakan engkau sehat, bundamu juga sehat. Tidak ada gangguan yang serius. Semoga saja keadaan ini terus baik hingga engkau lahir ke dunia ini ya sayang…

Bundamu pun terlihat ceria sekali di hari itu. Ceria karena dapat menyaksikan wajahmu di dalam rahimnya dengan bantuan alat USG. “Lucu seperti ayahnya” tutur beliau. Ayahmu ini pun hanya tersenyum-senyum sambil bercanda “Ajak main keluar aja, biar enggak bosan di dalam rahim bunda terus.. he..”

Anandaku sayang…
Apa kabar engkau di dalam rahim bundamu sekarang? Semoga saja engkau tidak jenuh dan lelah di dalam rahim bundamu. Insya Allah dengan ditemani lantunan dzikir yang tak lupa ayah bacakan di hadapanmu dan bundamu pada setiap selesai sholat shubuh, engkau bisa mendengarkan irama harmonis hingga tubuhmu pun ikut ‘menari-nari’ terbawa irama dzikir yang penuh makna. Hal itu sengaja ayah lakukan dengan harapan kelak ketika Engkau lahir ke dunia, Engkau telah mengenal Tuhanmu yang menciptamu,

Anandaku sayang… suatu waktu pernah ayah dan bundamu ini berdebat tentang nama yang akan kami berikan kepadamu. “Kalau perempuan pokoknya namanya Fania” paksa bundamu “bagus khan?!”.

“Enggak mau, lebih bagus Meutia, ya.. Meutia Az Zahra” ayahmu ini tidak mau mengalah.

“Farhan” kata bundamu, “iya, kalau laki-laki, Farhan aja… atau Muhammad Yusuf ya?”

Hingga pada akhirnya kami sepakat, kalau engkau lahir sebagai laki-laki maka bundamu yang akan mencarikan nama untukmu dan ayahmu ini harus sepakat. Juga sebaliknya, kalau engkau ditakdirkan Allah menjadi perempuan, maka ayah yang akan memberikanmu nama, sedangkan bundamu tak boleh protes. Alhamdulillah kami sepakat,

Eh… Emm… ngomong-ngomong ayah mau tanya, kira-kira kamu maunya lahir sebagai laki-laki atau perempuan? Sttt… biar kita berdua saja yang tahu, bunda jangan sampai tahu ya? bagaimana?

Cintai Allah dan Rasulullah
Cintai Al Qur’an orang beriman
Cintai Akhirat Zuhudkan hidup di dunia
Punya cita-cita menjadi penghuni syurga*)


Anandaku sayang…
Apa kabar engkau di dalam rahim bundamu sekarang? Semoga doa-doa yang ayah lantunkan di setiap selesai sholat fardhu dapat menjadi ‘mainanmu’ di sana. Ya… hanya itu yang bisa ayah berikan untumu saat ini.

Di usiamu yang menjelang ke-3 bulan di dalam rahim, ayah mengirimkan surat ini kepadamu. Sekedar mengobati rasa rindu ayah dan menitipkan rasa sayang ayah kepadamu serta membekalimu sedikit nasehat, layaknya Luqman Al Hakim yang memberikan nasihat kepada anaknya.

Anandaku sayang… sebelumnya Ayah mohon maaf, jika sekiranya engkau lahir ke dunia nanti, ayah tak mampu membahagiakanmu dan bundamu dengan materi dan harta yang melimpah. Tapi ayah berjanji, ayah akan membahagiakanmu dengan ilmu, ya.. ilmu. Karena itulah janji Allah, Dia akan meninggikan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dengan ilmu, engkau mampu mengenggam dunia. Dan dengan ilmu juga engkau dapat ‘menaklukkan’ akhirat.

Anandaku sayang… sebelum mengakhiri surat ini, Ayah ingin berpesan kepadamu. Sebentar lagi engkau akan mengikat persaksian dengan Sang Penciptamu, Pencipta ayah, Pencipta Bunda juga, serta Pencipta segala sesuatu yang tampak dan yang ghaib. Persaksian yang memiliki konsekuensi yang teramat berat, peraksian yang akan engkau emban selama hidupmu, persaksian yang jika engkau khianati maka akan berakibat fatal kepadamu dan tiada yang bisa menolongmu, termasuk ayahmu ini.

Maka jagalah persaksian itu, Nak. Pegang teguh persaksian itu, jangan engkau lengah apalagi Engkau dustakan. Ayah dan bundamu tidak bisa menjamin engkau selamat sampai akhir nanti. Kami hanya bisa membimbingmu dan mengingatkanmu, dan itu akan kami usahakan semaksimal mungkin, Nak. Ya… Semaksimal mungkin.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(Al A’raaf: 172)

Anandaku sayang… Itu saja yang bisa ayah tulis untukmu untuk sementara ini. Semoga engkau senantiasa ceria bersama malaikat-malaikat-Nya, senantiasa terjaga bersama lantunan doa dan ayat-ayat-Nya serta senantiasa teguh dalam ridho-Nya.

Wassalamualaikum….
Salam Sayang dari Calon Ayahmu


Farizal Alboncelli


*) lirik nasyid Izzatul Islam “Untukmu Ananda"

http://azkamadihah.wordpress.com/2010/09/06/lomba-surat-untukmu-nak-dari-calon-ibumuayahmu/

1 komentar:

  1. walid Fajar31.3.11

    Semoga Alloh SWT memberikan kepada kita anak-anak yang menjadi penyejuk mata bagi kita.

    BalasHapus

Ada yang mau berpendapat?