Maaf kepada fans Barcelona, saya akan mengulas kemenangan Real Madrid atas Barcelona 1-0 pada Final Copa Del Rey 2011 yang berlangsung dinihari tadi (21/4/11). Tentu dalam rangka mengambil hikmah untuk perjalanan dakwah.
Setelah dihancurkan Barcelona 5-0 di Liga Spanyol 29 Nopember 2010, Mourinho 'sang pelatih fenomenal' mulai yakin bahwa menuruti omongan pengamat itu hanya akan menghancurkan timnya. Saat itu para pengamat bola 'mengompori' Mourinho agar menerapkan strategi menyerang, yang tentu menguntungkan sang lawan yang lebih licin bermain dan sangat menguasai pertandingan. Hasilnya? kalah telak!
Dan saat ini, pada Final Piala Raja 2011, Mourinho menerapkan strateginya sendiri tanpa terpengaruh 'keinginan' para pengamat dan media massa agar menampilkan permainan menyerang. Strategi yang diterapkan oleh Jose Mourinho memang bukanlah permainan indah. Ketika susunan pemain Madrid diumumkan, Jose Mourinho memperlihatkan starting XI yang rada unik; tanpa ada satu pun penyerang murni. Mourinho juga menumpuk pemain di area timnya sendiri, sembari sesekali melakukan serangan balik. Strategi ini terbukti efektif mampu meredam gempuran hebat bertubi-tubi dari Barcelona yang secara statistik menguasi permainan 65 berbanding 35 persen. Strategi yang banyak dikritik, namun memberikan hasil positif.
Saya mencatat beberapa pelajaran buat kita:
1) Strategi (manhaj) dakwah tidak boleh terprovokasi oleh omongan (kritik) pengamat atau pemberitaan media, dengan istilah lain "jangan mengikuti irama gendang orang lain".
Ini pula yang ditegaskan oleh Ketua Majlis Syuro ustadz Hilmi Aminuddin dalam salahsatu taujihnya beliau mengatakan "Jangan terprovokasi, jangan terseret-seret, jangan gampang jadi korban dikomporin. Gak perlu. Kita tidak perlu dipanasi orang lain, sebab temperatur jama’ah ini sudah kita atur sendiri. Kebutuhannya, panasnya segimana, kita ngatur sendiri. Nggak bisa lah dikompor-komporin siapapun."
Ini pula yang harus kita fahami dalam masalah pilihan kebijakan qiyadah, misalnya soal koalisi atau oposisi. Tidak menuruti omongan pengamat A atau B, terprovokasi oleh si X atau Y. Atau oleh sebab ketersinggungan gengsi kita umpamanya, atau kejengkelan akibat diprovokasi, lalu kita melakukan langkah-langkah sembarangan (reaktif). Karena pilihan kebijakan (strategi) harus berdasar banyak faktor, yang kalau di perusahaan harus pakai analisa SWOT (bukan sewot): Strength, Weakness, Opportunity, Threats.
"Kami bermain dengan cara seperti yang kami ingikan, dan kami juga tampil seperti itu melawan tim yang luar biasa. Itu membuat apa yang kami lakukan tampak luar biasa," ujar Mourinho (detik.com).
2) Kebijakan qiyadah tidak akan mungkin berhasil tanpa adanya komitmen, ketsiqohan, disiplin dan kerja keras jundiyah (para kader).
Perhatikan komentar dari pemain Real Madrid:
Bek Real Madrid, Sergio Ramos, mengaku siap mengikuti Pelatih Jose Mourinho hingga mati dan juga terkesan dengan kinerja pria asal Portugal tersebut yang ia nilai berhasil membangkitkan kembali mental juara "Los Blancos". Pernyataan ini disampaikan Ramos usai kemenangan 1-0 timnya atas Barcelona di final Copa del Rey, Rabu atau Kamis (21/4/2011) dini hari WIB.
"Mourinho adalah kapten dalam kapal kami dan kami akan bersamanya hingga mati. Apa yang ia tanamkan dalam diri kami adalah bekerja dengan luar biasa," tegas Ramos. (dikutip dari http://bola.kompas.com/)
Inilah yang membuat Real Madrid sukses melawan The Dream Team Barcelona, yang semua sepakat saat ini tidak ada Tim yang begitu digdaya sedunia selain Barcelona. Strategi Mourinho dan disiplin para pemain menerapkan strategi sang pelatih mampu menaklukan mission impossible.
Ikhwah fillah, kalau kita amati, sesungguhnya "badai" yang melanda jamaah akhir-akhir ini adalah upaya untuk "memecah" dua kekuatan dahsyat (ba'daLlah): (strategi) Qiyadah dan (ketaatan) Jundiyyah. Mereka tidak ingin dua kekuatan ini terus menyatu hingga tak henti-hentinya memprovokasi para kader agar hilang tsiqoh dan tidak taat lagi pada qiyadahnya.
Menghadapai upaya2 ini kita hanya mengatakan kepada mereka sebagaimana yang Nabi saw katakan kepada kaum yang menentangnya: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula). Maka kelak kamu akan mengetahui" (QS 39:39)
Atau seperti jawaban Nabi Syu'aib kepada kaumnya yang menentang:
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah (akhir kesudahannya), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu". (QS 11: 93)
Jadi, mari kita bekerja sesuai dengan strategi yang sudah diputuskan oleh syuro para qiyadah, dan biarlah mereka yang menentang kita persilahkan untuk bekerja dengan strategi mereka. Kita nikmati "permainan" ini dengan terus Bekerja Untuk Indonesia dan berserah diri pada-NYA.
Faidza 'azamta fatawakkal 'alaLlah...
apabila kamu telah bertekad maka bertawakkallah pd Allah.
*)penulis: admin pkspiyungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada yang mau berpendapat?